Flying Maple


Rainbow

Cursor

Jumat, 02 November 2012

PRODUKSI KALIMAT


Senyapan
Pengujaran yang ideal terwujud dalam suatu bentuk ujaran yang lancar, sejak ujaran itu dimulai sampai ujaran itu selesai. Kata-katanya terangkai dengan rapi, diujarkan dalam suatu urutan yang tak terputus, dan kalau pun ada senyapan, senyapan itu terjadi pasa konstituen-konstituen yang memang memungkinkan untuk disenyapi. Intonasinya pun merupakan suatu kesatuan dari awal sampai akhir. Pada umumnya orang berbicara sambil berpikir sehingga makin sulit topik yang dibicarakan makin besar jumlah senyapan yang muncul.


Macam Senyapan
  1. Senyapan diam dimana pembicara berhenti sejenak dan diam saja dan setelah menemukan kata-kata yang dicari dia melanjutkan kalimatnya.
  2. Senyapan yang diisi dengan bunyi-bunyi tertentu seperti eh dan uh yang hanya sekedar merupakan pengisi belaka.
            Contoh:
penyiar  televisi yang membuat kekeliruan akan memperbaiki kekeliruan itu dengan memakai frasa maaf atau maksud kami.

Letak Senyapan
q  Boomer 1965: 148-158 Senyapan terdapat terutama sesudah kata pertama dalam suatu klausa atau kalimat.
q   Goldman-Eisler 1964, dalam Aitchison 1998: 239 Senyapan terdapat terutama sebelum bentuk leksikal yang penting.
q   Clark & Clark 1977: 267
1.     Jeda grammatikal.
2.     Batas konstituen yang lain.
3.     Sebelum kata utama dalam konstituen.

Kekeliruan
  1. Kilir lidah
Adalah suatu fenomena dalam produksi ujaran dimana pembicara “terkilir” lidahnya sehingga kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan. Ada 2 macam kilir lidah:
            a. Kekeliruan seleksi
1) Seleksi semantik yang keliru
                        2) Malapropisme
                        3) Campuran kata (blends)
            b. Kekeliruan asembling
  1. Afasia
Afasia adalah suatu penyakit wicara dimana orang tidak dapat berbicara dengan baik karena adanya penyakit pada otaknya.

Unit-unit pada kilir lidah
  1. Kekeliruan fitur distingtif.
  2. Kekeliruan segmen fonetik.
  3. Kekeliruan suku kata.
  4. Kekeliruan kata.

Lupa-lupa Ingat
            Dalam gejala lupa-lupa ingat ada pola tertentu yang diikuti orang, yakni:
  1. Jumlah suku kata selalu benar.
  2. Bunyi awal kata itu juga benar.
  3. Hasil akhir kekeliruan itu mirip dengan kata yang sebenarnya.
                       
LATAH
            Suatu tindak kebahasaan di mana seseorang, waktu terkejut atau dikejutkan, mengeluarkan kata-kata secara spontan dan tidak sadar dengan apa yang dia katakan.
            Latah mempunyai ciri-ciri:
  1. Konon latah hanya terdapat di Asia Tenggara.
  2. Pelakunya hampir selalu wanita.
  3. Kata-kata yang terkeluarkan umumnya berkaitan dengan seks atau alat kelamin pria atau jantan.
  4. Kalau kejutannya berupa kata, maka si latah juga bisa hanya mengulang kata itu saja.

Proses Pengujaran
            Katakanlah ada seorang Belanda yang melihat rokok dan mau mengatakan kata untuk benda itu. Akses leksikal akan mulai dari pembentukan konsep untuk benda ini yang disimpulkan dengan CIGAR (X) sampai ke wujud fonetiknya /siΦar/. Berikut adalah langkah-langkahnya:
  1. Peretrif lema (lemma retriever) menerima konsep CIGAR (X) dan sekaligus memunculkan pula kategori sintaktik “nomina”, gender tak-netral dan bentuk tunggal.
  2. Kemudian “berkas” itu dikirim ke word-form encoding. Pada tahap morphological encoding, ihwal yang berkaitan dengan morfologi, seperti bentuk tunggal dan kategori gendernya, diproses sehingga muncullah morfem /siΦar/, bukan /siΦare/.
  3. Pada tahap phonological encoding, morfem ini diwujudkan bunyi-bunyinya, suku katanya bagaimana. Dengan demikian maka terbentuklah kata fonologis-mana onsetnya, mana nukleusnya, dan mana kodanya.
  4. Hasil dari phonological encoding ini dikirim ke bagian phonetic encoding untuk diproses fitur-fitur fonetiknya.
  5. Hasil dari itu dikirim ke tahap terakhir, yakni, program artikulasinya.

Artikulasi Kalimat
Instruksi korteks motor saat mengucapkan kata rokok:
  1. Pita suara (bersiap-siaplah untuk bergetar)
  2. Lidah (tempelkan ujungmu pada daerah alveolar dan getarkan berkali-kali)
  3. Pita suara (bersamaan dengan lidah itu, bergetarlah kamu)
  4. Uvula (menempellah pada tenggorokan agar udara tidak keluar lewat hidung)

Bagaimana Kekeliruan Terjadi
  1. konstituen waktu
  2. kerangka sintaktik
  3. mengakes bentuk leksikal
  4. mewujudkan kata-kata
  5. dispesifikasikan dengan fitur distingtif



1 komentar: